Skip to main content

PENDIDIKAN SEKSUAL MORAL DAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN


Maju mundurnya suatu negara tidak terlepas dari tingkat pendidikan generasi penerus bangsa kita. Masa depan bangsa seutuhnya bertumpu pada generasi penerusnya. Kualitas generasi muda bangsa tidak terlepas dari kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas bukan hanya tertumpu pada aspek akademik yang lebih mengemukakan faktor intelektual kognitif semata tetapi pendidikan yang menyeluruh yang meliputi tiga ranah taksonomi Bloom yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kita boleh berbangga dengan beberapa keberhasilan anak bangsa dalam meraih keberhasilan dalam bidang pendidikan hingga dapat menembus dunia internasional. Akan tetapi kita tidak lupa dengan penanaman aspek afektif dan psikomotor utamanya dalam menumbuhkan kesadaran anak-anak kita tentang pentingnya pengetahuan dini tentang beberapa aspek fisik dan psikologis dari diri siswa itu sendiri. Dengan mengenal dirinya sendiri baik dari sisi fisik dan psikis maka siswa diharapkan mampu mengambil sikap positif dalam prilakunya sehari sehingga menunjang kesadaran tentang pentingnya kesehatan.
Fakta di masyarakat berbicara bahwa masih banyaknya anak kita yang karna keterbatasannya dalam mengenal dirinya baik fisik dan psikis maka mereka tersesat dan terjerumus ke kehidupan yang sangat jauh dari harapan kita terhadap generasi muda. Seperti misalnya masalah pergaulan sek bebas, perkelahian remaja, pengguna narkoba, anarki dan lain-lain. Hal tersebut sesungguhnya berawal dari minimnya anak atau siswa kita mengenal dirinya. Beberapa masalah seksual yang terjadi kepada para remaja kita justru menjerumuskan mereka hingga kehilangan masa depannya sendiri yang mana adalah merupakan masa depan bangsa. Sehingga beberapa pihak menghimbau agar siswa di sekolah sedini mungkin diberikan pengenalan tentang pentingnya pendidikan seksual.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah pendidikan seksual yang sedini mungkin diberikan dapat berperan untuk mengarahkan siswa kita agar tidak terjerumus ke hal negatif ? Atau sebaliknya justru kita menjerumuskan mereka ke hal-hal yang sangat kita kawatirkan tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah hal-hal apa saja yang relevan diajarkan terutama untuk tingkat pendidikan di SD ? Dimanakah peran guru dalam hal ini ? Dan adakah keterkaitan antara moral dan kesehatan .


II. PEMBAHASAN

Pendidikan adalah muara dari harapan akan perubahan. Karna sesungguhnya pendidikan adalah serangkaian upaya yang terencana agar terjadi proses alih generasi yang memperhatikan masalah perubahan. Pandangan manusia dalam memandang diri dan lingkungannya senantiasa berubah, sehingga sektor pendidikan setiap saat harus sedapat mungkin selaras dengan perubahan tersebut. Sikap dan perilaku generasi penerus utamanya dalam memandang masalah moral seksual dan kesehatan terus berubah seiring kemajuan arus informasi dan teknologi. Hal tersebut menempatkan sektor pendidikan menjadi sangat terdepan dalam usaha memberi kesadaran dini tentang pendidikan seksual dan kesehatan. Sehingga siswa akan memiliki sikap pengendalian diri yang tinggi dalam menjaga hal-hal yang berhubungan dengan seksual untuk menghindari dampak negatif salah satunya adalah kesehatan.
Pandangan prinsip tentang pentingnya pendidikan seksual dan kesehatan merupakan hal mulia dilakukan dalam membatasi prilaku amoral generasi muda kita. Dengan pengetahuan tentang hakekat diri secara fisik yaitu organ tubuh, organ kelamin beserta fungsinya akan mendorong siswa mengenal dirinya sebagai manusia yang memiliki perbedaan kelamin. Dimana Tuhan menganugrahkan perbedaan tersebut dalam rangka memenuhi kreteria kita sebagai mahluk hidup yaitu untuk berkembang biak. Dengan mengenalkan fungsi organ tersebut siswa akan sadar tentang hakekat dirinya sebagai manusia. Pengenalan fungsi ini penting agar mereka dapat merawat organnya tersebut untuk menjaga kesehatannya. Sehingga dari uraian tersebut sangat nampak keterkaitan antara pendidikan seksual dan kesehatan.
Saat ini isu pendidikan sesksual secara dini di kalangan masyarakat masih terjadi pro dan kontra. Beberapa kalangan memandang pendidikan seksual sangat penting untuk mengurangi permasalahan sosial yang berhubungan dengan seksual. Sementara pihak lain memandang hal tersebut tidak perlu karna masalah seksual adalah masalah pribadi yang secara insting setiap manusia sudah dapat mengatasinya sehingga tidak perlu pendidikan. Sebab menurut mereka dengan adanya pendidikan seksual secara dini kepada siswa secara dini berarti mengajarkan hal-hal yang tabu kepada mereka. Sehingga timbul kekawatiran hal tersebut justru akan mengakibatkan meningkatkan permasalahan seksual dan kesehatan. Kedua pandangan yang bersebrangan tersebut merupakan hal biasa dalam paradigma perubahan. Kedua belah pihak tersebut sesungguhnya memiliki visi yang sama dalam rangka mewujudkan sikap dan perilaku siswa yang positif demi kemajuan bangsa. Perbedaan tersebut sesungguhnya tidak terjadi jika terjadi dialog antara keduanya.
Pelaksanaan pendidikan seksual dan kesehatan secara dini tidak dapat serta merta dilaksanakan tanpa melakukan substitusi pada kurikulim pendidikan. Setelah hal tersebut berhasil disisipkan pada kurikulum selanjutnya dilanjutkan dengan langkah langkah menjabarkan kurikulum tersebut secara teknis. Mata pelajaran yang relevan sebagai induk pelaksanaan program tersebut adalah mata pelajaran IPA. Karna IPA di salah satu bagiannya terdapat beberapa kompetensi yang mengharuskan siswa utamanya di SD pada kelas V dan VI mengenal dirinya secara fisik. Apabila hal tersebut sudah berhasil dilaksanakan maka selanjutnya tibalah kita pada tataran teknis metodik pelaksanaan di sekolah. Peran sekolah dengan guru sebagai pelaksana teknisnya berada pada posisi terdepan dengan mengandalkan keahlian mendidik dan membelajarkan siswa melalui berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran agar kompetensi siswa dalam hal ini tercapai.
Kompetensi siswa dalam hal ini meliputi beberapa hal yang diuraikan melalui beberapa hal secara teknis yaitu :
1. Memahami fungsi organ kelamin sebagai alat perkembang biakan (menonjolkan aspek ciri mahluk hidup untuk berkembang biak bukan aspek kegiatan seksual )
2. Mengidentifikasi jenis kelamin melalui kenampakan fisik luar tubuh manusia. (mengenal kenampakan luar seperti kumis dan lain-lain bukan organ kelaminnya)
3. Mengenal beberapa keterampilan merawat organ kelamin agar bersih dan sehat. (diberikan secara ceramah dan bukan dengan metode demostrasi)
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai beberapa kompetensi di atas guru berperan sebagai penceramah. Dimana saat ini guru lebih banyak berbicara teoritis dengan metode ceramah yang diselingi tanya jawab dan diskusi. Dalam hal ini agar dihindari metode demonstrasi atau metode yang senada dengan hal tersebut untuk menjaga aspek privasi dan sopan santun. Karna di budaya kita dan ranah Hukum Perlindungan Anak hal tersebut masih sangat tabu, jangan-jangan guru nanti dijerat hokum karna melakukan pelecehan seksual dan fedofilia.
Jika aspek kompetensi siswa yang menekankan pelaksanaan pembelajaran yang dikondisikan seperti tersebut di atas maka permasalahan pro dan kontra tidak akan terjadi. Karna hal yang dituntut oleh pihal pro sudah terpenuhi dengan tidak melanggar aspek ketabuan dan privasi seperti yang dikawatirkan pihak yang kontra. Sekarang berpulang kepada kebijakan pemerintah dalam hal pelaksanaannya. Karna untuk menunjang kualitas pendidikan moral bangsa pendidikan seksual sejak dini mutlak dilaksanakan. Secara jangka panjang dampak pengiringnya juga berdampak pada kualitas kesehatan yang lebih baik.


III. KESIMPULAN

Pendidikan berkualitas bukan hanya menekankan aspek kognitif. Aspek moral juga sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu permasalahan moral saat ini adalah permasalahan seksual terutama dikalangan remaja dan anak-anak. Hal tersebut terjadi karna minimnya pengetahuan tentang jenis kelamin, seksual dan dampaknya.
Maka dari itu sudah menjadi keharusan mengenalkan pendidikan sesksual dan kesehatan sejak dini dan hal itu sedapat mungkin dimulai dari tingkat pendidikan SD. Pendidikan seksual tersebut dapat diintegrasikan ke dalam ranah mata pelajaran IPA. Dengan mengandalkan kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa menggunakan pendekatan media dan metode dengan memperhatikan aspek norma dan ketabuan maka kekawatiran tentang dampak negatif dari hal tersebut tidak perlu ada.
Saat ini semua hal tersebut berpulang kepada pemerintah agar dapat memfasilitasi hal terebut. Harapan agar generasi muda memiliki moral yang baik kedepan agar dapat tercapai. Dampak pengiring yang kita inginkan akan tercapai yaitu masyarakat yang sehat lahir dan batin



Comments

Popular posts from this blog

SOAL-SOAL LATIHAN SISWA BELAJAR DI RUMAH

Selamat Pagi, Bapak/Ibu orang tua siswa SDN 7 Subagan, untuk proses kegiatan belajar di rumah, silahkan dampingi anak Bapak/Ibu untuk belajar dengan menyelesaikan soal-soal di bawah ini. Ingat juga menjaga kesehatan kita dan anak-anak kita. Semoga kita selalu dalam lindungannya. Soal uang lain juga dapat di lihat pada link di bawaah ini ! Selamat Bekerja ! +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ SOAL-SOAL LATIHAN BELAJAR DI RUMAH LANJUTAN PERTAMA SOAL-SOAL UNTUK BELAJAR DI RUMAH SOAL-SOAL KELAS II DAN KELAS III SOAL-SOAL KELAS IV LANJUTAN SOAL-SOAL CAMPURAN LATIHAN SOAL-SOAL KELAS IV LATIHAN SOAL-SOAL UJIAN LATIHAN SOAL-SOAL UJIAN LANJUTAN ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ 11. Belajar di rumah ke-11 IPS http://gg.gg/kelas-1-ips 10. Latihan ke -10 http://gg.gg/PH-PLH-kls-1 Kata kunci: juju056 9.latihan ke -9 http://gg.gg/PPKn-kls-1 8. Lathan ke-8 Matematika http://gg.gg

PEMBELAJARAN IPA SECARA HOLISTIK

I. PENDAHULUAN Pola konservativisme selalu menjadi hantu dalam ranah apapun dan dalam ruang lingkup pembicaraan apapun. Konservatifisme memandang bahwa apa yang telah ada adalah selalu yang terbaik dari yang baru. Hal tersebut terjadi di segala bidang. Termasuk dalam bidang pendidikan utamanya pemikiran tentang pola pembelajaran di sekolah. Kita kadang-kadang telah mengedepankan ego dibanding menerima suatu perubahan yang kreatif dan knstruktif. Permasalahan tersebut bukannya tidak kita sadari akan tetapi karna kita belum berhasil keluar dari konteks ego itu sendiri. Sebagai manusia sekiranya semua sependapat bahwa kita sebagai guru selalu kesulitan berfikir kreatif dan keluar dari konteks ego tersebut sehingga memerlukan beberapa latihan mental agar terbiasa dengan perubahan yang senantiasa menghampiri kita. Demikian halnya dengan saat kita membelajarkan IPA di SD. Barangkali semua juga sepakat bahwa kita sudah tahu berbagai jenis metode dan media sudah t