Skip to main content

PTK AGAMA HINDU

Pembangunan karakter bangsa tidak terlepas dari pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya. Sumber daya manusia yang dibangun bertolak dari pembangunan sikap iman, ahlak moral, tanggung jawab, demokrasi dan toleransi adalah hal mutlak yang harus dilakukan sejak dini. Peran mata pelajaran Agama Hindu yang dibelajarkan di sekolah berlandaskan atas prinsip bahwa Ajaran Hindu adalah sebagai pandangan hidup pribadi pemeluknya dalam hubungannya dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Peran Pendidikan Agama Hindu lebih ditonjolkan kepada suatu sikap dalam kerangka menghargai manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya, sebagai dirinya sendiri, dalam hubungannya dengan lingkungan baik lingkungan sosial dan alam. Hal tersebut selaras dengan pandangan Tri Hita Karana yang sangat dipegang teguh oleh pemeluk Hindu sebagai sebuah pandangan universal yang sudah ada sejak dahulu kala bahkan umurnya lebih tua dari sejarah Hak Asazi Manusia yang saat ini berlaku universal.
Dunia pendidikan mempunyai kepentingan yang besar terhadap peran Agama Hindu dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa agar memiliki sikap yang lebih terbuka, fleksibel dan toleran. Karna pembelajaran Agama Hindu bukan berarti menimbulkan rasa fanatik fundamentalisme, akan tetapi membentuk karakter yang lebih peduli pada nasib bangsanya. Hal tersebut disebabkan oleh karakter Hindu sendiri yang terbuka dan fleksibel. Peran Pendidikan Agama Hindu dimulai dari institusi pendidikan dasar sebagai titik awal siswa kita ditanamkan beberapa konsep Hindu yang mendasar. Peran guru dalam membelajarkan Agama Hindu kepada siswa adalah sangat sentral disamping ketersediaan sarana belajar yang lainnya seperti media dan sumber belajar. Kehadiran peran guru sangat penting utamanya di sekolah dasar.

Pembelajaran Agama Hindu di SD di dalamnya mencakup tentang pembelajaran pelafalan ucap bait Tri Sandya. Dalam membelajarkan materi tentang Mantram Tri Sandya pada siswa, penulis menemukan permasalahan. Hal tersebut penulis jumpai saat membelajarkan siswa untuk melafalkan beberapa bait awal dari Mantram Tri Sandya. Kesulitannya terletak pada mengubah lafal yang sudah biasa mereka dengarkan pada saat Tri Sandya setiap pagi di padmasana sekolah. Beberapa bait pengucapannya tidak tepat, kadang-kadang beberapa kata yang tidak diucapkan. Belum lagi kondisi kelas yang tidak kondusif ditandai dengan siswa yang tidak memperhatikan pengucapan guru, bahkan siswa yang duduk di belakang ada beberapa orang yang bermain-main dan ribut. Sementara siswa yang lainnya sedang sibuk meniru ucapan guru beberapa siswa mengganggu dan membuat gaduh.

Penggunaan media dan metode dalam kerangka pembelajaran di kelas untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran menjadi hal yang tidak boleh terabaikan. Media merupakan sarana untuk mendekatkan keterbatasan sumber belajar, fasilitator pembelajaran dengan siswa sebagai peserta belajar. Demikian halnya dengan metode adalah suatu cara yang efektif digunakan untuk melibatkan siswa interaktif dengan media yang digunakan. Sehingga seluruh panca indra siswa akan terlibat langsung untuk berinteraksi dengan media pembelajaran. Penggunaan media akan menimbulkan dampak bahwa siswa dibawa ke dalam situasi nyata padahal saat itu siswa berada di kelas. Keterbatasan guru dalam mengeksplorasi kemampuan verbalnya dapat disempurnakan dengan kehadiran media dan metode.

Kemampuan guru sebagai manusia untuk dapat berkomunikasi secara verbal telah digunakan dengan baik dan kadang berlebihan tanpa memandang keterbatasan siswa terutama terhadap siswa yang kurang mampu belajar secara verbal. Seperti dikemukakan oleh Gardner bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan berganda yang layak mendapat layanan berbeda. Setiap siswa berhak mendapat layanan pembelajaran sesuai kemampaunnya karna bahwa sesungguhnya keberbakatan setiap individu adalah tiada terbatas Conny (2002). Kemampuan verbal adalah sebagian kemampuan siswa untuk berkomunikasi dan bukan berarti itu adalah yang terbaik bagi setiap siswa. Kadang kadang beberapa siswa kemampuannya dalam menyerap pelajaran secara audio dan atau visual. Sehingga diperlukan penggunaan media yang beragam, kreatif dan dinamis. Penggunaan media yang demikian akan membuat siswa tidak cepat bosan sehingga tenggang waktu efektif belajar menjadi semakin panjang.

Penggunaan media bulletin board memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih berinteraksi melalui metode demonstrasi. Kemampuan buletin board dalam hal penayangan berupa presentasi dalam hal menampilkan pesan yang dekoratif. Kemampuan media bulletin board dalam memberikan layanan pembelajaran kepada siswa akan lebih maksimal dengan penggunaan metode yang relevan yaitu metode demonstrasi. Dengan metode demonstrasi siswa akan secara aktif berinteraksi dengan media Bulletin Board. Secara teknik metode demonstrasi yang diberikan dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk melafalkan bait Mntram Tri Sandya secara baik dan benar. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan contoh pelafalan yag benar melalui media pesan pada papan pajangan atau bulletin board. Selanjutnya siswa setiap saat dapat mengulang melafalkannya melalui papan pajangan yang sudah dipajang.

1. Praktis

Berikut digambarkan rangkaian kegiatan pembelajaran dari tahapan pra siklus hingga sikus II

a). Pra Siklus.

1). Kegiatan Awal ( 10 menit)

(a). Guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab dengan pertanyaan :

- Tahukah kalian apakah tujuan sembahyang ?

- Tahukah kalian manfaat sembahyang ?

- Tahukah kalian satu contoh sikap sikap Tri Sandya ?

- Bisakah kalian memperagakan sikap tersebut ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait pertama dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kedua dari Trisandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait ketiga dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keempat dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kelima dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keenam dari Tri sandya ?

(b). Menyampaikan tujuan pembelajaran

2). Kegiatan inti (40 menit)

(a). Guru menjelaskan tujuan dan manfaat bersembahyang

(b). Siswa ditugaskan untuk menempelkan peraga Bulletin Board Mantram Tri Sandya.

(c). Guru menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan beberapa sikap-sikap Tri Sandya

(d). Guru membimbing siswa agar dapat bersikap sempurna dalam melaksanakan Tri Sandya dengan memerapa kali mendempnstrasikan contoh sikap Tri Sandya yang benar.

(e). Setelah sikap siswa berhasil di perbaiki kemudian siswa ditugaskan untuk melafalkan beberapa bait Mantram Tri Sandya sesuai peraga yang sudah ditempel..

(f). Siswa dibimbing untuk dapat melafalkan bait Mantram Tri Sandya dengan baik dan benar.

(g). Guru mendemonstrasikan pelafalan pengucapan Mantram Tri Sandya dengan benar.

(h). Siswa mengikuti pengucapan guru.

(i). Siswa dan guru kemudian ber-Tri Sandya secara bersama-sama.

3). Kegiatan Akhir ( 20 menit)

(a). Guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran

(b). Guru memberikan PR berupa menulis kembali bait Mantram Tri Sandya secara baik, benar dan lengkap.

(c). Guru mengadakan evaluasi

b). Siklus I

1). Kegiatan Awal ( 10 menit)

(a). Guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab dengan pertanyaan :

- Tahukah kalian apakah tujuan sembahyang ?

- Tahukah kalian manfaat sembahyang ?

- Tahukah kalian satu contoh sikap sikap Tri Sandya ?

- Bisakah kalian memperagakan sikap tersebut ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait pertama dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kedua dari Trisandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait ketiga dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keempat dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kelima dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keenam dari Tri sandya ?

(b). Menyampaikan tujuan pembelajaran

2). Kegiatan inti (40 menit)

(a). Guru menjelaskan tujuan dan manfaat bersembahyang

(b). Siswa ditugaskan untuk menempelkan peraga Bulletin Board Mantram Tri Sandya.

(c). Guru menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan beberapa sikap-sikap Tri Sandya

(d). Guru membimbing siswa agar dapat bersikap sempurna dalam melaksanakan Tri Sandya dengan memerapa kali mendempnstrasikan contoh sikap Tri Sandya yang benar.

(e). Setelah sikap siswa berhasil di perbaiki kemudian siswa ditugaskan untuk melafalkan beberapa bait Mantram Tri Sandya sesuai peraga yang sudah ditempel..

(f). Siswa dibimbing untuk dapat melafalkan bait Mantram Tri Sandya dengan baik dan benar.

(g). Guru mendemonstrasikan pelafalan pengucapan Mantram Tri Sandya dengan benar.

(h). Siswa mengikuti pengucapan guru.

(i). Siswa dan guru kemudian ber-Tri Sandya secara bersama-sama.

3). Kegiatan Akhir ( 20 menit)

(d). Guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran

(e). Guru memberikan PR berupa menulis kembali bait Mantram Tri Sandya secara baik, benar dan lengkap.

(f). Guru mengadakan evaluasi

c). Siklus II

1). Kegiatan Awal ( 10 menit)

(a). Guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab dengan pertanyaan :

- Tahukah kalian apakah tujuan sembahyang ?

- Tahukah kalian manfaat sembahyang ?

- Tahukah kalian satu contoh sikap sikap Tri Sandya ?

- Bisakah kalian memperagakan sikap tersebut ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait pertama dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kedua dari Trisandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait ketiga dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keempat dari Tri Sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait kelima dari Tri sandya ?

- Tahukah kalian bunyi mantram bait keenam dari Tri sandya ?

(b). Menyampaikan tujuan pembelajaran

2). Kegiatan inti (40 menit)

(a). Guru menjelaskan tujuan dan manfaat bersembahyang

(b). Siswa ditugaskan untuk menempelkan peraga Bulletin Board Mantram Tri Sandya.

(c). Guru menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan beberapa sikap-sikap Tri Sandya

(d). Guru membimbing siswa agar dapat bersikap sempurna dalam melaksanakan Tri Sandya dengan memerapa kali mendempnstrasikan contoh sikap Tri Sandya yang benar.

(e). Setelah sikap siswa berhasil di perbaiki kemudian siswa ditugaskan untuk melafalkan beberapa bait Mantram Tri Sandya sesuai peraga yang sudah ditempel..

(f). Siswa dibimbing untuk dapat melafalkan bait Mantram Tri Sandya dengan baik dan benar.

(g). Guru mendemonstrasikan pelafalan pengucapan Mantram Tri Sandya dengan benar.

(h). Siswa mengikuti pengucapan guru.

(i). Siswa dan guru kemudian ber-Tri Sandya secara bersama-sama.

3). Kegiatan Akhir ( 20 menit)

(a). Guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran

(b). Guru memberikan PR berupa menulis kembali bait Mantram Tri Sandya secara baik, benar dan lengkap.

(c). Guru mengadakan evaluasi

Comments

Unknown said…
osa. bisa diposkan ptk agama hindu ke email saya sebagai refrensi membuat yang baru terimakasih

Popular posts from this blog

SOAL-SOAL LATIHAN SISWA BELAJAR DI RUMAH

Selamat Pagi, Bapak/Ibu orang tua siswa SDN 7 Subagan, untuk proses kegiatan belajar di rumah, silahkan dampingi anak Bapak/Ibu untuk belajar dengan menyelesaikan soal-soal di bawah ini. Ingat juga menjaga kesehatan kita dan anak-anak kita. Semoga kita selalu dalam lindungannya. Soal uang lain juga dapat di lihat pada link di bawaah ini ! Selamat Bekerja ! +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ SOAL-SOAL LATIHAN BELAJAR DI RUMAH LANJUTAN PERTAMA SOAL-SOAL UNTUK BELAJAR DI RUMAH SOAL-SOAL KELAS II DAN KELAS III SOAL-SOAL KELAS IV LANJUTAN SOAL-SOAL CAMPURAN LATIHAN SOAL-SOAL KELAS IV LATIHAN SOAL-SOAL UJIAN LATIHAN SOAL-SOAL UJIAN LANJUTAN ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ 11. Belajar di rumah ke-11 IPS http://gg.gg/kelas-1-ips 10. Latihan ke -10 http://gg.gg/PH-PLH-kls-1 Kata kunci: juju056 9.latihan ke -9 http://gg.gg/PPKn-kls-1 8. Lathan ke-8 Matematika http://gg.gg

PEMBELAJARAN IPA SECARA HOLISTIK

I. PENDAHULUAN Pola konservativisme selalu menjadi hantu dalam ranah apapun dan dalam ruang lingkup pembicaraan apapun. Konservatifisme memandang bahwa apa yang telah ada adalah selalu yang terbaik dari yang baru. Hal tersebut terjadi di segala bidang. Termasuk dalam bidang pendidikan utamanya pemikiran tentang pola pembelajaran di sekolah. Kita kadang-kadang telah mengedepankan ego dibanding menerima suatu perubahan yang kreatif dan knstruktif. Permasalahan tersebut bukannya tidak kita sadari akan tetapi karna kita belum berhasil keluar dari konteks ego itu sendiri. Sebagai manusia sekiranya semua sependapat bahwa kita sebagai guru selalu kesulitan berfikir kreatif dan keluar dari konteks ego tersebut sehingga memerlukan beberapa latihan mental agar terbiasa dengan perubahan yang senantiasa menghampiri kita. Demikian halnya dengan saat kita membelajarkan IPA di SD. Barangkali semua juga sepakat bahwa kita sudah tahu berbagai jenis metode dan media sudah t